Minggu, 04 Desember 2011

Mudik

      Pada tanggal 4 Desember kemarin kami pulang ke Desa Santapan menghadiri acara serah-serahan atau antar lamaran anaknya sepupu ibuku. Senang rasanya bisa bertemu sanak saudara yang tidak bisa kita temui tiap hari. 
     Inti acara sebenarnya memang acara serah-serahan tapi kami tidak mau ketinggalan untuk mencicipi kuliner di Desa Santapan yang tidak bisa kami dapatkan ditempat tinggal kami yang sekarang. Kuliner di Desa Santapan tidak kalah dengan menu-menu restoran terkenal, menu yang disajikan pada saat acara serah-serahan sangat mengena dihati yaitu "Pindang Ayam dan Sambal Kemang", walaupun kami juga bisa memasaknya tapi rasanya beda sekali. Singkat cerita kami semua sangat menikmati makanan yang disajikan diacara itu.
     Selain menyantap makanan diacara serah-serahan kami juga menyempatkan diri belajar sama sepupu membuat makanan kesukaan saya yang sudah sangat jarang ditemui yaitu "Engkok dan Juada Resap".  Walaupun kurang sempurna dalam proses pembuatannya tapi saya sangat teramat senang bisa merasakan makanan yang saya idam-idamkan selama ini. Dengan menyantap makanan ini jadi mengingatkan saya dengan Almarhumah wak ( kakaknya ibu ) dan Almarhumah ibu saya yang dulu sering membuatkannya untuk saya, dan juga mengingatkan saya dengan Almarhum Bapak yang sangat menyukai makanan itu. Semuanya masih terekam indah diingatan saya, saat-saat bahagia bersama keluarga menyantap juada resap buatan wak dan ibu disore hari, juada resap terasa lezat, manis dan dingin saat dimasukkan di mulut. Juada resap hanya makanan sederhana tapi  kenangannya sungguh tak ternilai harganya dan takkan lekang dimakan waktu.

Juada Resap :


Engkok :  



      Selain makan pindang, engkok dan juga juada resap kami juga disuguhi buah mangga, karena kebetulan di sana lagi musim buah mangga. Nikmat sekali makan buah mangga segar hasil kebun sendiri bukan beli di supermarket. Waktu pulang ke Palembang kami dikirimi mangga dan pisang oleh sepupu dan juga ada mangga dari kebun peninggalan Almarhum Bapak. Senang rasanya membawa berkarung-karung mangga hasil kebun sendiri.





Rabu, 30 November 2011

Sea Games Ke-26 di Palembang Sumatera Selatan



     Meriahnya Sea Games ke-26 mulai tanggal 11 sampai 22 November 2011 yg diadakan di Palembang Sumatera Selatan membuat saya penasaran untuk ikut menyaksikannya, tapi saya takut terjebak macet. Akhirnya 3 hari sebelum penutupan saya memberanikan diri datang ke JSC ( Jakabaring Sport City ) tempat diadakannya Sea Games. Perkiraan saya benar jalanan macet total, mulai dari daerah cinde kendaraan berjalan lambat, akhirnya saya memutuskan mencari jalan lain, saya memilih lewat sayangan supaya bisa memotong jalan untuk sampai ke jembatan Ampera. Ternyata lewat sayangan juga macet, tapi lumayanlah tidak separah lewat jalan Sudirman. Untuk mencapai JSC dari pasar cinde membutuhkan waktu 1jam, padahal waktu normalnya hanya sekitar 15 menit.
     Setelah melewati jembatan Ampera kemacetan bertambah parah, yang disebabkan banyaknya kendaraan maupun orang yang berjalan kaki menuju ke JSC. Mulai dari gedung Bank Sumsel yang dijadikan Media Center kendaraan sudah berjejer parkir dipinggir jalan. Sambil nyetir mobil saya celingak celinguk melihat kepinggir jalan siapa tau masih ada tempat kosong buat parkir. Tapi ternyata setelah jalan sampai kedepan JSC saya tidak mendapatkan tempat untuk memarkirkan mobil. Akhirnya saya memutuskan kembali lagi ke gedung Bank Sumsel karena disana sepertinya masih ada tempat kosong walaupun jauh dari JSC. Setelah kembali kesana saya bisa memarkirkan mobil yang dilanjutkan dengan berjalan kaki ke JSC.
     Selama berjalan kaki menuju ke JSC saya mencari-cari siapa tau ketemu sama anak-anak dari Desa Santapan yang sengaja datang jauh-jauh dengan rombongan Sekolahnya untuk menyaksikan pertandingan Sea Games di JSC, tapi pencarian saya sia-sia dikarenakan padatnya pengunjung. Saking padatnya pengunjung berjalan kakipun susah.
     Untuk menuju tempat pertandingan dari gerbang utama disediakan kendaraan gratis yg berupa angkot berbahan bakar gas, disediakan juga sepeda, beca dan bus yang berbahan bakar gas tapi itu khusus untuk Atlet dan Official. Akhirnya kami ikut salah satu angkot untuk mengelilingi JSC dan terahir kami turun di Aquatic Stadium tempat diadakannya pertandingan renang. Kami memilih turun disana dikarenakan disanalah yang paling ramai penontonnya dan juga yg masih ada pertandingan.
    Fhoto-fhoto ini diabadikan oleh keponakan saya yang baru berumur 7 tahun dikarenakan fhotonya diambil disaat saya lagi nyetir mobil.





                                ini dia fotograpernya lagi moto sendiri....lucu ya.....:))




     Kalau ini fhoto - fhoto dalam arena JSC



















Senin, 28 November 2011

Asal Usul Desa Santapan

Keterangan ini dikutip dari skripsi DRA. NUR ARAFAH Alumni IAIN Raden Fatah Palembang

   Desa Santapan didirikan kira-kira tahun 1741 M atau kira-kira 90 tahun sebelum Sultan Mahmud Badaruddin II ditawan Belanda ( 6 juli 1821 ) dan diasingkan kedaerah Sumedang, akhirnya dibawa ke Ternate. Maka dibawah pimpinan Moyang Sri Wongso dan diiringi oleh Haji Bustomi serta Raden Codot ( 1731 M berangkat dari Sungai Goren Palembang ) secara berbondong-bondong mengungsi kedaerah pedalaman Kota Palembang lebih kurang ( 60 KM ) kearah udik menyusur pesisir Sungai Ogan kesuatu tempat yang akhirnya diberi nama Desa Sri Dalam, dimana keadaan tebingnya tinggi dan terjal dari permukaan sungai, lalu menetap disana. Belum beberapa lama menetap disana Moyang Sri Wongso berpulang keramatullah dan dimakamkan disana. Sampai sekarang komplek makamnya tetap dipelihara oleh anak cucu dan keturunannya. Dan di dalam waktu lebih kurang 10 tahun menetap disana Moyang Sri Wongso telah sempat membangun daerah persawahan yaitu : Lebak Lebung Kiambang, Lebak Lebung Tanjung Nangka, Lebak Lebung Sungai Biawak, Lebak Lebung Teluk Sawo serta Sungai Lumpur.

    Sebagian besar remaja waktu itu dan pemuka-pemuka masyarakat pergi berdarmawisata kesuatu tempat dipesisir timur Sungai Ogan arah ke udik lebih kurang 7 KM jaraknya dari Desa Sri Dalam, mereka membawa makanan-makanan yang sudah dimasak dari rumah juga buah-buahan seperti mangga, jeruk, rambutan dan lain sebagainya. Demikianlah berulang kali mereka datang ketempat itu. Ternyata dilokasi-lokasi bekas tempat mereka berdarmawisata  itu biji buah-buahan yang dibuang disana didapati tumbuh dengan subur, dengan kejadian ini maka para ahli pertanian pada waktu itu berpendapat bahwa tanah dilokasi itu adalah merupakan tanah yang subur bagi pertanian. Semenjak kejadian itu akhirnya kepala keluarga demi kepala keluarga berangsur-angsur meninggalkan Desa Sri Dalam pindah kelokasi baru itu dan akhirnya mereka beri nama Desa "Santapan" ( 1741 M ) yang artinya tempat bersantap ( makan minum ).

    Kemudian baru diketahui dibelakang Desa Santapan didapati daerah rawa-rawa yang mempunya lumpur yang sangat dalam dan tanahnya banyak mengandung zat asam serta kurang subur untuk daerah pertanian. Atas inisiatif Raden Codot digalilah terusan yang terletak disebelah ilir Desa Kandis guna memasukkan air putih dari arus Sungai Ogan yang membawa humus untuk menyuburkan lahan pertanian baru itu.Sampai sekarang terusan tersebut bernama terusan "Raden Codot" dan sekaligus menjadi batas Desa Santapan dengan Desa Kandis. Dan dengan perkembangan zaman akhirnya sekarang Desa Santapan terbagi dua menjadi Desa Santapan Barat dan Desa Santapan Timur.

Selasa, 08 November 2011

Kegiatan yang sederhana tapi menyenangkan

     Pada musim hujan desa santapan biasanya terkena banjir atau yang biasa disebut warga rawang, disaat banjir inilah kalau kita berjalan diatas air dinamakan ngoyok. Saya sangat menantikan saat-saat ngoyok ini, karena sangat jarang ditemui dan juga rasanya menyenangkan.



     Mencari keong atau yang biasa disebut warga gondang disawah juga merupakan kegiatan yang menyenangkan, apalagi kalau dilakukan beramai-ramai.


     Setelah ngoyok dan mencari gondang rasanya lega sekali bisa minum air kelapa muda atau yang biasa disebut warga dogan. Apalagi dogannya gratis, tinggal metik di pohonnya tidak seperti dikota yang harus beli sama penjualnya.


     Melakukan kegiatan-kegiatan sederhana di desa rasanya menyenangkan sekali, tidak perlu mengeluarkan biaya tapi bisa menghilangkan stress. Dengan suasana desa yang tenang dan damai rasanya hilang semua beban yang menghimpit selama ini.





Peralatan Tradisional

Alat inilah yang biasa digunakan warga santapan untuk mencari ikan selain dengan jala, jaring dan tangkul, alat ini dinamakan bubu :

              

Sebelum ada kompor minyak tanah dan gas warga santapan biasanya menggunakan kayu untuk dijadikan bahan bakar :



Inilah peralatan tradisional yang masih digunakan warga santapan untuk keperluan sehari-hari :
                                                   
                                                                    perang (parang)
                                                 
                                                                     lumpang batu
                                 
                                                               aya'an

                                                                kudung

                                                                 sangkek atau senjong


                        

GEROBAK BURUK SAPI GILE Lagu Daerah Ogan ilir

Makanan Khas Desaku

    Banyak sekali makanan tradisional khas desa santapan, tapi sekarang sudah jarang ditemui. Orang-orang lebih suka membeli makanan yang sudah jadi dipasar.
    Kebersamaan antar warga desa sudah mulai memudar, begitu juga dengan makanannya. Dahulu kalau ada warga yang mau pergi sekolah keluar desa ataupun merantau keluar maupun ada warga yang mengadakan hajatan warga akan bergotong-royong membuat makanan khas untuk dijadikan bekal diperjalanan ataupun dimakan waktu hajatan dilaksanakan.
    Masih teringat dibenakku lezatnya makanan yang dibuat warga desa, ada lempeng, opak, gulo paku, dodol batok kacang hijau, bolu gulo abang ( gula merah ), juada ( kue ) satu, lakso, burgo, juada resap, ancang ( rengginang ), tapa sepit dan banyak lagi yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Proses pembuatan makanan itu sangat rumit, karena itu warga membuatnya dengan cara bergotong-royong.


   
                                                                          Lakso

                                   
                                                                                                                                                                         
                                                                          Burgo                                         
                                                   
                                                                          Opak
                        
                                          
                                                                       Ancang                                       
                 

                                                                        Tapa Sepit

Senin, 07 November 2011

Blog Pertama

    Ini adalah blog pertamaku, jd masih harus banyak belajar supaya blogku ini bisa lebih baik lagi. Saya membuat blog ini dikarenakan saya sangat mencintai desaku, walaupun tidak tinggal didesa tapi banyak kenangan indah bersama orang tua yang amat sangat saya cintai. Setiap hari raya saya sekeluarga selalu pulang kedesa kadang-kadang juga menginap disana, karena masih ada rumah peninggalan almarhum kakek saya. Suasana hari raya didesa juga sangat berkesan buat saya, walaupun dirayakan dengan sangat sederhana, tapi kebersamaannya begitu indah buat dikenang. 
     Ada kebiasaan unik didesa ini, disaat hari raya orang-orang akan saling bertandang kerumah kerabatnya masing-masing. Kebiasaan bertandang ini dinamakan "sanjo", jadi tiap sanjo kerumah kerabat kita disuguhi berbagai makanan dan minuman, dari makanan tradisional sampai ke makanan modern. Saat pulang dari sanjo ini dijamin kita akan kekenyangan dikarenakan makan di tiap rumah yang kita hampiri.
    Satu lagi kebiasaan unik dari desa ini, biasanya didaerah lain waktu menjalankan Sholat Hari raya diadakan pagi hari sekitar jam 07.00 WIB sampai jam 08.00 WIB, tapi didesa ini sholatnya diadakan lebih siang dari daerah lain sekitar jam 09.00 WIB sampai jam 10.00 WIB, kebiasaan ini dikarenakan warganya banyak yang tinggal jauh dari dusun atau di kebun dan juga ada warganya yang bekerja sebagai pembuat gula merah, kalau gula merahnya tidak segera dibuat bahan pembuat gulanya akan rusak dan tidak bisa digunakan lagi serta banyak lagi kendala-kendala yang lain yang dihadapi warga desa ini. Jadi dengan berbagai pertimbangan  Sholatnya diadakan lebih siang dari daerah lain.Setiap hari raya desa ini menjadi ramai, karena warganya yang merantau keberbagai daerah pulang semua saat hari raya. 
    Setelah hari raya biasanya warga ramai-ramai mengadakan pesta pernikahan, sampai menikahpun harus rela antri menunggu giliran. Warga harus antri menikah dikarenakan petugas P3N nya cuma satu orang jadi tidak bisa dilakukan pada waktu bersamaan. Lain halnya dikota-kota besar dalam sehari bisa melaksanakan pernikahan beberapa orang dalam waktu yang bersamaan.

Cerita Singkat

     Desa Santapan terletak di Kabupaten Ogan Ilir tepatnya di Kecamatan Kandis. Desa santapan merupakan sebuah desa yang indah, damai dan tentram, penduduknyapun hidup dengan bersahaja. Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani, hanya sebagian kecil yg berdagang dan bekerja kantoran. Berdagangnyapun bukan di desa itu sendiri, tapi didaerah lain yg wilayahnya berada dipedalaman. Penduduk desa santapan juga banyak yang merantau mencari penghidupan yang lebih layak, karena hidup sebagai petani dizaman sekarang sudah tidak begitu menguntungkan, yg disebabkan oleh faktor cuaca yg tidak menentu dan juga serangan hama.
     Ada kebiasaan yang unik dari warga desa santapan ini, sejauh-jauhnya mereka merantau pada akhirnya mereka akan kembali lagi kedesanya, hanya sebagian saja yang menetap didaerah rantau.

Desa yang indah dan damai