Keterangan ini dikutip dari skripsi DRA. NUR ARAFAH Alumni IAIN Raden Fatah Palembang
Desa Santapan didirikan kira-kira tahun 1741 M atau kira-kira 90 tahun sebelum Sultan Mahmud Badaruddin II ditawan Belanda ( 6 juli 1821 ) dan diasingkan kedaerah Sumedang, akhirnya dibawa ke Ternate. Maka dibawah pimpinan Moyang Sri Wongso dan diiringi oleh Haji Bustomi serta Raden Codot ( 1731 M berangkat dari Sungai Goren Palembang ) secara berbondong-bondong mengungsi kedaerah pedalaman Kota Palembang lebih kurang ( 60 KM ) kearah udik menyusur pesisir Sungai Ogan kesuatu tempat yang akhirnya diberi nama Desa Sri Dalam, dimana keadaan tebingnya tinggi dan terjal dari permukaan sungai, lalu menetap disana. Belum beberapa lama menetap disana Moyang Sri Wongso berpulang keramatullah dan dimakamkan disana. Sampai sekarang komplek makamnya tetap dipelihara oleh anak cucu dan keturunannya. Dan di dalam waktu lebih kurang 10 tahun menetap disana Moyang Sri Wongso telah sempat membangun daerah persawahan yaitu : Lebak Lebung Kiambang, Lebak Lebung Tanjung Nangka, Lebak Lebung Sungai Biawak, Lebak Lebung Teluk Sawo serta Sungai Lumpur.
Sebagian besar remaja waktu itu dan pemuka-pemuka masyarakat pergi berdarmawisata kesuatu tempat dipesisir timur Sungai Ogan arah ke udik lebih kurang 7 KM jaraknya dari Desa Sri Dalam, mereka membawa makanan-makanan yang sudah dimasak dari rumah juga buah-buahan seperti mangga, jeruk, rambutan dan lain sebagainya. Demikianlah berulang kali mereka datang ketempat itu. Ternyata dilokasi-lokasi bekas tempat mereka berdarmawisata itu biji buah-buahan yang dibuang disana didapati tumbuh dengan subur, dengan kejadian ini maka para ahli pertanian pada waktu itu berpendapat bahwa tanah dilokasi itu adalah merupakan tanah yang subur bagi pertanian. Semenjak kejadian itu akhirnya kepala keluarga demi kepala keluarga berangsur-angsur meninggalkan Desa Sri Dalam pindah kelokasi baru itu dan akhirnya mereka beri nama Desa "Santapan" ( 1741 M ) yang artinya tempat bersantap ( makan minum ).
Kemudian baru diketahui dibelakang Desa Santapan didapati daerah rawa-rawa yang mempunya lumpur yang sangat dalam dan tanahnya banyak mengandung zat asam serta kurang subur untuk daerah pertanian. Atas inisiatif Raden Codot digalilah terusan yang terletak disebelah ilir Desa Kandis guna memasukkan air putih dari arus Sungai Ogan yang membawa humus untuk menyuburkan lahan pertanian baru itu.Sampai sekarang terusan tersebut bernama terusan "Raden Codot" dan sekaligus menjadi batas Desa Santapan dengan Desa Kandis. Dan dengan perkembangan zaman akhirnya sekarang Desa Santapan terbagi dua menjadi Desa Santapan Barat dan Desa Santapan Timur.
Luar biasa... artikel ini baek utk di kembangkan lagi di promosikan lagi biar anak cucu asal wong santapan tahu..
BalasHapusSaya adalah salah satu keturunan dari Haji Bustomi...
JOHN lee bin Unzer bin Mu'azin bin Wahab bin Haji Hasyim bin Haji Habibbun bin Haji Bustomi..
Itu menurut keterangan dari saudara saya di santapan kiayi Marzuki mantan P3n Desa Santapan..
Apa masalahnya sehingga disebut santapan
BalasHapus